Proses Oogenesis |
Oogenesis adalah proses pembentukan ovum (sel telur). Produksi sel telur dimulai dengan mitosis sel germinal primordial di dalam embrio yang menghasilkan oogonia yang bersifat diploid (jamaknya disebut oogonium). Masing-masing oogonium berkembang menjadi oosit primer yang diploid juga dan berkembang di dalam folikel.
Oosit primer menjadi ditangkap dalam tahap profase I diplotene dari (profase dari pembelahan meiosis pertama). Tak lama sebelum kelahiran, semua oosit dalam ovarium janin perempuan telah mencapai tahap ini. . Fase istirahat meiosis yang kemudian mulai disebut dictyotene dan itu berlangsung sampai pubertas, di mana setiap bulan (dan dalam setiap bulan sesudahnya sampai menopause) sepasang oosit primer menyelesaikan meiosis pertama. Pembelahan meiosis pertama menghasilkan sitokinesis yang tidak sama. Pembelahan meiosis pertama menyebabkan folikel pecah dan menghasilkan sebuah sel besar yang disebut oosit sekunder dan sebuah badan polar yang lebih kecil.
Pembelahan meiosis kedua, oosit sekunder akan berkembang menghasilkan ovum dan 1 badan polar, hanya terjadi jika sel sperma menembus oosit sekunder sedangkan badan polar yang pertama akan menghasilkan 2 sel badan polar yang lebih kecil dan akan mengalami degenerasi. Jadi hasil oogenesis adalah 3 badan polar dan 1 sel ovum.
Hormon yang berperan dalam proses pembentukan ovum adalah FSH. FSH memacu aktivitas folikel pada ovarium agar sel telur masak dan memproduksi hormone estrogen. Terbentuknya estrogen akan menghambat produksi FSH oleh hipofisis. Selanjutnya, hipofisis memproduksi LH yang akan merangsang oosit sekunder keluar dari folikel. Ovulasi adalah peristiwa pecahnya folikel dan dibebaskannya sebuah oosit sekunder. Jaringan folikuler sisanya berkembang menjadi korpus luteum yang akan mengalami disintegrasi ketika fertilisasi tidak terjadi. Korpus luteum akan menghasilkan estrogen dan progesterone. Progesterone akan menghambat produksi LH dan juga akan mempengaruhi perubahan dinding rahim sehingga siap menerima implantasi zigot bila terjadi pembuahan.
Oosit primer menjadi ditangkap dalam tahap profase I diplotene dari (profase dari pembelahan meiosis pertama). Tak lama sebelum kelahiran, semua oosit dalam ovarium janin perempuan telah mencapai tahap ini. . Fase istirahat meiosis yang kemudian mulai disebut dictyotene dan itu berlangsung sampai pubertas, di mana setiap bulan (dan dalam setiap bulan sesudahnya sampai menopause) sepasang oosit primer menyelesaikan meiosis pertama. Pembelahan meiosis pertama menghasilkan sitokinesis yang tidak sama. Pembelahan meiosis pertama menyebabkan folikel pecah dan menghasilkan sebuah sel besar yang disebut oosit sekunder dan sebuah badan polar yang lebih kecil.
Pembelahan meiosis kedua, oosit sekunder akan berkembang menghasilkan ovum dan 1 badan polar, hanya terjadi jika sel sperma menembus oosit sekunder sedangkan badan polar yang pertama akan menghasilkan 2 sel badan polar yang lebih kecil dan akan mengalami degenerasi. Jadi hasil oogenesis adalah 3 badan polar dan 1 sel ovum.
Hormon yang berperan dalam proses pembentukan ovum adalah FSH. FSH memacu aktivitas folikel pada ovarium agar sel telur masak dan memproduksi hormone estrogen. Terbentuknya estrogen akan menghambat produksi FSH oleh hipofisis. Selanjutnya, hipofisis memproduksi LH yang akan merangsang oosit sekunder keluar dari folikel. Ovulasi adalah peristiwa pecahnya folikel dan dibebaskannya sebuah oosit sekunder. Jaringan folikuler sisanya berkembang menjadi korpus luteum yang akan mengalami disintegrasi ketika fertilisasi tidak terjadi. Korpus luteum akan menghasilkan estrogen dan progesterone. Progesterone akan menghambat produksi LH dan juga akan mempengaruhi perubahan dinding rahim sehingga siap menerima implantasi zigot bila terjadi pembuahan.
Oosit sekunder yang meninggalkan ovarium akan berjalan ke oviduk dan ditangkap oleh infundibulum. Sperma akan bertemu dengan oosit sekunder (nantinya akan langsung berubah menjadi ovum) di tuba fallopi .